CEKIDOT
PACARKU, ADIKKU...
“Ma, Pa, ayo cepetan!! Acha nggak sabar lagi nih??” teriak Acha. Gadis 12 tahun itu sudah tidak sabar lagi ingin bertemu dengan Sanak Saudaranya di Kampung Ayahnya.
“Acha, bantuin napa??!” teriak seorang bocah laki-laki lagi. Dia adalah kakak laki-laki Acha, Gabriel yang berusia 2 tahun lebih tua dari Acha.
“Iya, deh...!” kata Acha pasrah sebelum mata Mama mau copot karena melotot jika dia tidak menolong kakaknya.
“Gitu dong dari tadi, pan cape gue!!”
“Acha, Iyel, ayo kita berangkat??” ajak Papa, disusul dengan Mama yang ada di belakang Papa.
“Iya!!” jawab mereka berdua. Lalu berjalan cepat menuju mobil yang terparkir di depan garasi.
(DI JALAN, TEPATNYA JALAN DI DEKAT PUNCAK)
“Kak, nanti kalo di sana, Kakak mau ngapain??” tanya Acha memecah kesunyian di dalam mobil sejak 5 menit yang lalu, setelah berangkat dari rumah.
“Hmmm... mau cari cewek!!” jawabnya. Achapun tertawa terbahak-bahak. Mama dan Papa pun ikut tertawa.
“Kakak, Kakak, Di Kota aja nggak laku, apalagi di desa!!” ejek Acha.
“Yee.. kan, gue usaha, Cha!!” balasnya. Mama dan Papa hanya menggeleng melihat kedua buah hati mereka yang telah beranjak remaja, apalagi Si Sulung yang hampir menginjak jenjang SMA.
“Yel, seandainya kamu pun dapat cewek disana, kamu juga harus meninggalkannya lagi, iya,kan??” kata Papa yang sedang menyetir menghadap belakang. Dan....
“Pa..... awas..........” teriak Mama nyaring. Di hadapan ada truk melaju kencang. Karena tak tahu harus berbuat apa, Papa membanting setir kearah kanan. Ternyata Papa salah mengambil arah. Di sebelah kanan ternyata ada jurang yang cukup curam. Dan, mobil yang ditumpangi oleh 4 orang anggota keluarga itu, jatuh terguling ke dasar jurang. Untungnya, saat mobil itu berguling mereka sempat keluar dari mobil. Saat mobil itu tiba tepat di bawah jurang, mobil itupun meledak dengan hebatnya. Pandangan pengguna jalan pun tersita.
“Aduh, kesian sekali, ya, Mas!!? Pasti nggak ada yang selamat.” Kata salah satu pengguna jalan kepada suaminya.
“Iya... Tapi.. Itu mereka!!” kata Suaminya terpotong. Ternyata, Papa, Mama, dan Gabriel berhasil naik kembali ke jalan dengan sedikit luka yang tidak parah, tapi Acha, ia hilang entah kemana. Para pengguna jalan yang lainnya dengan sigap menolong kedua suami-istri dan seorang anak laki-lakinya tersebut.
“Acha.... Acha... Kamu di mana, sayang??” kata Mama lirih.
“Adik...!?” panggil Gabriel. Anak itu sungguh sayang sekali kepada adik satu-satunya itu.
(SEMENTARA ITU, DI DASAR JURANG. DI DEKAT SUNGAI.)
“Zy, lempar pelampungnya dong, aku mau kelelep nih??” teriak seorang anak berumur 12 tahun kepada temannya yang berada di gundukan batu yang sangat besar.
“Tunggu, Ray??” teriaknya lagi. “Ada anak perempuan, tuh, pingsan kayaknya??” kata anak yang bernama Ozy kepada temannya yang bernama Ray.
“Mana, Zy?? Tunggu aku naik dulu....” teriaknya sambil melawan arus untuk kembali ke tepi sungai.
“Ye... tadi bilang kelelep, sekarang...” ejek Ozy kepada Ray.
“Ah, masa bodo...!” jawabnya.
“Itu dia, tolongin yuk??” ajak Ozy.
“Yuk....!” jawab Ray. Mereka berdua pun turun dari batu besar itu, lalu menolong anak perempuan yang bukan lain adalah Acha.
“Neng, bangun, neng, ini masih jam 10 pagi. Kok, masih molor??” kata Ray ingin membangunkan Acha.
“Dia pingsang, tolol!!” kata Ozy gemas.
“Oh, iya, penyakit lama, Zy!! Pelupa..”
“Ya, udah, kita pasang baju dulu, baru kita bawa dia ke rumah Bu Mira. Semoga beliau bisa menolong ini anak!!?” kata Ozy. “Eh, Ray...” panggil Ozy.
“Apaan??” tanya Ray serius.
“Tolong sekalian ambilin bajuku juga...” suruh Ozy.
“Yeee. Kirain mau ngomong apaan!!” kata Ray.
“Bu Mira, assalamualaikum...” teriak Ozy dan Ray sambil menggotong Acha. Lalu, Acha didudukan di kursi depan rumah Bu Mira.
“Wa’alaikumsallam, Eh, Ray, Ozy!! Tumben kesini, ada acara apa??” tanya Bu Mira.
“Hmm, kami belum dapat job bagiin undangan, Bu!! Kami cuman mau ngantar dia!!” kata Ray sambil menunjuk kearah Acha yang masih dalam kondisi pingsan. Di susul dengan anggukkan kepala Ozy.
“Masya Allah, ini siapa, Zy??” tanya Bu Mira keget.
“Kami juga nggak tau, bu!! Waktu kami main-main di sungai tadi, ada anak ini, sudah dalam keadaan pingsan. Terus, kami bawa kerumah ibu, deh!!” kata Ozy menjelaskan.
“Anak-anak, ayo bantu ibu untuk ngangkat dia masuk, biar ibu obatin...” susruh Bu Mira.
SEMENTARA ITU....
“Yel, kamu tadi serius, ngelihat ade kamu juga ikut keluar??” tanya Mama di Rumah Sakit. Mereka bertiga dibawa kerumah sakit agar dapat di tangani lebih lanjut.
“Bahkan, Iyel yang mendorong Acha, agar dia lebih dulu keluar, terus dilanjutin dengan Iyel sendiri.” Jawab Iyel tegang. Ia merasa trauma dan kehilangan.
Terdengar percakapan Papa dan Polisi-polisi yang mengolah tindak TKP dimana mereka jatuh.
“Maaf, Pa.. Untuk laporan sementara. Tidak ditemukannya, Mayat atau orang di dekat TKP. Berarti putri Bapak masih ada harapan untuk hidup. Itu saja Pak, jika kami memiliki info lebih lanjut, akan kami hubungi Bapak, Ibu, atau Nak Gabriel. Kami permisi dulu, Pak Arif.
“Terima Kasih, Pak??” ucap Papa sedikit tenang. Karena mendengar Acha masih ada harapan untuk hidup.
KEMBALI KE RUMAH BU MIRA
“Lihat, di udah mulai membuka mata, Ray!!” teriak Ozy.
“Iya...”
“Aduh, aku dimana... Siapa aku??” rintih Acha.
“Kamu sekarang ada di Rumah Bu Mira. Dia udah nolongin kamu..” kata Ozy.
“Makasih, bu??” ucap Acha.
“Iya, mereka berdua juga sudah nolong kamu!!” kata Bu Mira.
“Makasih...!”
“Anak cantik, nama kamu siapa??” tanya Bu Mira.
“Nama?? Saya nggak ingat apa-apa, Bu!! Yang saya ingat, semua sudah menjadi gelap...”
“Dia kena amnesia, ya, bu??” tanya Ozy.
“Sepertinya begitu, Zy!!” jawab Bu Mira. Sambil melihat Acha yang masih sedikit bingung-bingung.
“Bu, gimana kalau kita kasih nama aja??” usul Ray.
“Nak, kamu mau nggak jadi anak ibu?? Kebetulan ibu nggak punya anak. Kamu mau nggak??” tanya Bu Mira.
“Saya mau, bu!!” jawab Acha.
Singkat cerita, sejak hari itu Acha menjadi anak Bu Mira. Dan, namanya berganti menjadi Gadis.
Bulan demi Bulan, Acha atau Gadis, tumbuh menjadi anak gadis yang tomboy, tapi baik hati. Dia selalu membantu Bu Mira menjual dagangan sayur-sayuran di Pasar setelah pulang sekolah. Ya, Gadis disekolahkan oleh Bu Mira. Kadang, ia juga dibantu oleh 2 sahabatnya. Ozy dan Ray.
Tidak terasa, 2 tahun sudah Acha atau Gadis, tinggal dirumah Bu Mira. Dia merasa sangat bahagia.
GABRIEL P.O.V.
Sudah 2 tahun aku kehilangan adikku tercinta. Entah kemana dia. Aku rindu sekali. Terkadang saat ulang tahunnya, aku selalu pergi kepuncak, tempat kami dulu kecelakaan, hanya sekedar berdoa di tepi jurang untuk mendoakan Acha semoga dia masih hidup dan panjang umur. Begitu pula saat hari dimana kami kecelakaan, aku, Mama, dan Papa, selalu pergi kepuncak untuk mengenang Acha. Hingga saat ini, kami masih berusaha mencari adik dan anak kami tercinta. Namun, jika aku memang sangat benar-benar rindu. Aku akan kesana dengan sahabat baikku, Kiki. Kiki, juga sayang dengan adikku itu. Jika Kiki selalu kerumah, dia selalu membawakan cokelat kesukaan Acha.
Akhir semester 2 pun sebentar lagi. Kelulusan bagi anak-anak kelas 9 SMP MERPATI pun akan segera di umumkan.
“Gadis........” panggil seseorang dari luar rumah. Siapa lagi kalau bukan Ozy. Anak itu selalu menjemput Gadis (Acha) terlebih dahulu. Secara, rumah mereka bersebelahan. Hanya dibatasi dengan tembok kecil yang tingginya hanya 1,2 meter.
Hari ini, Ozy ingin menyatakan perasaannya selama ini kepada Gadis. Saat pertama kali menemukan Gadis, Ozy jadi jatuh cinta. Hari ini, ia akan memberanikan dirinya untuk menembak Gadis.
“Tunggu, Zy!! Bu, Gadis berangkat dulu, ya? Assalamualaikum?” pamit Gadis.
“Wa’alaikumsallam. Hati-hati, Nak... Ibu doakan semoga kamu, Ozy, dan Ray lulus.”
“Amin, makasih, Bu. Yuk, Zy??” kata Gadis menarik tangan Gadis.
“Dis, jalannya pelan aja!!”
“Kenapa emangnya??” tanya Gadis bingung.
“Aku mau ngomong sama kamu!!?” kata Ozy gugup.
“Ngomong apa?? Kok, gugup banget??” Gadis curiga.
“Dis... selama ini aku... aku...aku... aku.....” kata Ozy terbata.
“Aku suka sama kamu, maksudnya??” tebak Acha tersenyum tipis. Ozy hanya menangguk.
“Sebenarnya aku juga suka sama kamu, tapi aku lebih fokus sama pelajaran aja, kata Ibu, aku mau disekolahkan ke kota setelah tamat SMP ini. Tapi kalo kamu mau kita TTM aja, mau nggak?? Jarang, lho bisa TTM sama aku!!” kata Gadis Pede. Ozy pun tersenyum malu. Pipi nya merah seperti tomat.
“Aku mau, kok, Dis!!”jawab Ozy. Di susul dengan tepukan seseorang dari belakang mereka.
“Cie...cie... cuit..cuit...!!” ternyata Ray.
“Ray, awas jangan bilang siapa-siapa??” ancam Ozy.
“Tapi, Zy... Kamu harus sabar menunggu jika aku di kota nanti...!?” kata Gadis.
“Pasti, kalo kamu udah punya cowok disana juga nggak papa!! Tapi, jangan lupakan aku, ya??” kata Ozy.
“Udah, yuk?? Nanti telat!!” potong Ray.
Akhirnya mereka bertigapun menuju sekolah mereka tercinta.
“Anak-anak... sekarang bapak akan menyebutkan satu-persatu, nama 20 anak yang mendapat nilai tertinggi. Dari rangking 20.
Rangking 20 yaitu... Marclif Nyopon Korompis
Rangking 19 yaitu... Ourel Queen
Rangking 18 yaitu... Bastian Bintang Simbolon
Rangking 17 yaitu... Cahya Ningrum
Rangking 16 yaitu... Rosaline Abdi Prawesti
Rangking 15 yaitu... Yohanes Baptista Obiet Panggrahito
Rangking 14 yaitu... Abner Marky Korompis
Rangking 13 yaitu... Iyan Kusnadiyansyah
Udahan dulu entar aku sambung....
Udahan dulu entar aku sambung....